Tersesat dalam Terang

 


Tersesat dalam Terang

“Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai, siapa yang tahu maka ia yang merasa”

 

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sesat biasanya dikaitkan dengan orang yang sedang dalam perjalanan. Tatkala salah di dalam memilih jalan, maka seseorang disebut sesat alias kesasar. Tersesat dan terang adalah dua hal yang bermakna  antonym, bertolak belakang.  Karena terang sejatinya petunjuk yang menerangi jalan agar tidak tersesat. Secara logika  tersesat di jalan yang lurus menuju tempat tujuan di ujung sana adalah ironis.

Petunjuk atau hidayah merupakan sesuatu yang sangat di dambakan oleh setiap muslim. Bagaimana tidak? Coba kita ingat lagi dalam ibadah Shalat 5 waktu yang kita lakukan, Dimana ada sedikitnya 17 kali kita mengajukan proposal, permintaan  kepada Allah agar di tunjukkan jalan yang lurus sebagaimana bacaan surat Alfatihah ayat ke 6:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

Artinya:

Tunjuki kami kejalan yang lurus.

Hidup ibarat sebuah perjalanan Panjang. Semakin jauh perjalanan yang kita tempuh semakin banyak hal- hal yang kita lihat ,pengalaman yang membersamai perjalanan kita berpengaruh pada sikap diri kita khususnya dalam berjalan menuju Allah.. Biasanya kita akan cepat2 berlalu atau menghindari akan hal2 yang kita anggap tidak baik atau bahkan mengancam diri kita. Pertanyaannya bisakah kita utk tidak berhenti berlama- lama atau larut dalam suasana atau memutuskan tidak berjalan lagi,  ketika melihat segala keindahan sehingga lupa akan tujuan akhir perjalanan kita? 

Allah telah memberikan kebebasan penuh untuk memilih kepada manusia apakah menerima atau menolak petunjuk-Nya. Nah masalahnya setelah beroleh petunjuk justru mengakibatkan kesesatan bagi yang menerimanya? Adakah yang salah dengan petunjuk Allah?, Bagaimana cara kita menyikapi petunjuk yang Allah berikan? Bersuka cita? Selalu menceritakannya dalam tiap kesempatan? Merasa lebih baik lebih suci lebih keramat dari orang lain? Sehingga orang lain harus mengakui mengikuti petunjuk yang kita anggap sebagai sumber dari segala sumber kebenaran?

Kondisi inilah yang mengalihkan tujuan akhir perjalanan kita dari tujuan aawalnya Ilahi Anta maksudi waridhoka Matlubi menjadi pusat kebenaran atau apa pun selain daripada Allah sebagai tujuan. Kenalilah bahwa ciri petunjuk itu adalah kepatuhan/ taat yang dilakukan secara istiqomah secara teratur dan rutin. Ketidakpatuhan kita setelah menerima petunjuk inilah yang membawa kita pada seburuk- buruk keadaan.

Marilah kita berdoa bermohon pertolongan kepada Allah sebagaimana doa pembuka kita tadi Mayahdillahu Fala Mudilallah Wama Yud’lilhu Fala Hadiyallah. Semoga atas izin Allah SWT nur hidayah itu bisa masuk kedalam diri kita, sehingga tiada siapapun mampu menyesatkan kita, sebagaimana juga doa yang tercantum dalam Surat Ali Imran :8

 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةًۚ اِنَّكَ اَنْتَالْوَهَّابُ

Artinya:

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Qs. Ali-Imran: 8)

Demikianlah sahabat taubi pembahasa diskusi kita yang tak seberapa ini. Mudah- mudahan bermanfaat. Terimakasih atas segala perhatian mohon maaf atas segala kekurangan.

 

Berikut ini penyampaian audionya :

 

Alhamdulillahi….

Innalillahi wainnailaihi rojiuun…

Wallahualam bishawab

Assalamualaikum Wr wb.

 

No comments:

Powered by Blogger.